Berawal dari perdebatan hangat di twitter, yang bermula dari komentar seorang pengguna twitter yang berpendapat mengapa Liverpool tidak membeli kiper yang mapan di jendela transfer ini, kiper yang tampil bagus di turnamen internasional, seperti Neuer (Kiper Jerman di PD 2010 – Semifinalis), Stekelenburg (Kiper Belanda di PD 2010 – Finalis), atau bahkan Muslera (Kiper Uruguay di Copa America 2011 – Juara). Jujur, penulis (dan banyak pengguna twitter lainnya di linimasa penulis), merasa tergelitik dengan pendapat tersebut, karena kiper utama Liverpool saat ini, Pepe Reina, adalah seorang penjaga gawang yang sangat handal, dan diakui oleh banyak pihak perihal keandalannya tersebut. Bila pendapat saja tidak cukup, bahkan sejarah pun mendukung hal tersebut. Pepe adalah peraih Sarung Tangan Emas Premier League selama 3 musim berturut-turut. Penulis tidak akan membahas lebih lanjut lagi tentang hal ini, karena penulis yakin bahwa masih lebih banyak lagi rekan supporter Liverpool yang berpendapat sama dengan penulis tentang betapa pentingnya Pepe bagi tim dan bahwa selama Pepe masih berada disini, maka Liverpool tidak perlu untuk mencari kiper utama lainnya. Yang akan dibahas di artikel ini adalah kilas balik beberapa penjaga gawang ternama dalam sejarah Liverpool. Dengan tidak mengurangi rasa hormat terhadap Jerzy Dudek atas jasanya di Istanbul, artikel ini tidak membahas tentang kiprah Dudek. Selamat menikmati. (JK)
Artikel ini adalah terjemahan atas artikel serupa dari laman AnfieldOnline,
berikut sumber asli dari artikel ini :
http://www.anfield-online.co.uk/features/liverpool-greatest/2009/liverpools-greatest-goalkeeper/
Rahasia dari setiap tim yang hebat dimulai dari belakang. Seperti
yang Liverpool alami di medio awal 2000-an – Kita tidak bisa berharap
untuk memenangkan gelar jika kita memiliki kiper bermasalah. Kiper anda
harus memiliki rasa hormat dari anggota tim dan mampu menenangkan
seluruh tim dengan kemampuannya.berikut sumber asli dari artikel ini :
http://www.anfield-online.co.uk/features/liverpool-greatest/2009/liverpools-greatest-goalkeeper/
Pada bagian pertama dari seri kami, beberapa kontributor Anfield Online masing-masing telah memiliki pilihan mereka sendiri untuk pembahasan artikel ini.
Tags : Bruce Grobbelaar | Elisa Scott | Ray Clemence | Pepe Reina
Bruce GrobbelaarDitulis oleh Andrew Ayrton
Bagi saya, kiper terbesar dalam memori saya haruslah Bruce.
Ketika tumbuh dewasa, ia pasti tidak bisa membayangkan bahwa suatu hari dia akan bermain untuk tim Inggris paling sukses dan mengangkat Piala Eropa. Tumbuh dengan kemampuan yang hebat dalam berbagai cabang olahraga, Grobbelaar akhirnya untuk mendaftar National Service (Semacam Wajib Militer) di Angkatan Darat Rhodesia. Dua tahun mengabdi pada negara, sepakbola pastilah hal terakhir yang ada di pikirannya.
Sempat memperkuat Vancouver dan Crewe Alexandra, para pemandu bakat Liverpool menemukan bakatnya, dan kemudian di tahun 1980 ia pun dikontrak oleh Liverpool. Bruce memiliki tantangan yang sangat besar, karena yang harus digantikan olehnya adalah penjaga gawang legendaris Ray Clemence. Walaupun akhirnya ia pun menjadi pemain legendaris dengan caranya sendiri.
Selain kemampuannya memblok tembakan, ia juga memiliki kelincahan dan kelenturan ala pesenam. Tapi Grobbelaar mungkin paling terkenal untuk karakter anehnya, dengan kecerdasan unik yang membuatnya menjadi favorit para penggemar. Di lapangan, bagaimanapun, Bruce sering terlihat memarahi para pemain belakangnya jika ia merasa mereka tidak memberikan yang terbaik, jenis semangat dan tekad untuk sukses yang membuatnya semakin dicintai oleh The Kop.
Momen paling terkenal dalam karier Bruce mungkin terjadi di Adu Penalti final Piala Eropa 1984. Dari mulai mengunyah jaring gawang, dan lucu nya, trik kaki goyah-nya (yang kemudian diperagakan juga oleh Dudek di Istanbul), kejenakaan nya sudah cukup untuk mengganggu para penendang Roma dan membantu Liverpool mengangkat trofi keempat mereka di Eropa hanya dalam 8 tahun. Ini adalah refleksi kemampuan Grobbelaar di puncaknya, dengan kekuatan mental dan kepercayaan diri di level tertinggi.
Dengan memperkuat Liverpool di lebih dari 600 pertandingan, dan lemari medali yang sangat , Grobbelaar adalah calon yang sangat jelas untuk penjaga gawang terbesar yang pernah bermain untuk Liverpool.
Elisa Scott
Ditulis oleh Billy Green
Legenda Liverpool di masa lalu dan salah satu pemain yang paling lama berada di klub (21 tahun dan 52 hari untuk tepatnya). Dalam masa itu ia bermain dalam 467 pertandingan untuk Liverpool dengan rekor 137 clean sheets, yang hingga saat ini, ada di urutan 3 untuk rekor clean sheet bagi penjaga gawang di Liverpool. Ia berperan dalam membawa Liverpool menjuarai liga 2 kali berturut-turut di tahun 1922 dan 1923, walaupun hanya itu trofi yang dia peroleh selama di Liverpool, mungkin bila karirnya tidak terinterupsi oleh Perang Dunia II raihan trofinya akan lebih banyak lagi.
Selain sukses di tingkat domestik, ia terhitung berhasil juga di tingkat internasional, dimana saat itu ia memperkuat Irlandia sebanyak 31 kali.
Ray Clemence
Ditulis oleh Kenny Lawler
Ada kiper yang cakap dan ada kiper hebat. Tapi sangat sedikit yang bisa dikatakan sama dengan Ray Clemence.
Di usia 18 tahun, Bill Shankly membawa Clemence ke Liverpool dari Scunthorpe United pada bulan Juni 1967, perlu waktu lebih dari satu tahun sampai Clemence melakukan debutnya di Liverpool.
Setelah melewati musim di tim cadangan, menunggu untuk mendapatkan di tim utama, menggantikan kiper pilihan pertama Liverpool saat itu, Tommy Lawrence. Clemence akhirnya diberi kesempatan di Piala Liga melawan Swansea, September 1968. Akhirnya transformasi di Liverpool pun terjadi dan Clemence menjadi penjaga gawang utama Liverpool.
Era 70-an menjadi babak penting dalam sejarah Liverpool dan saat itu Clemence yang membentuk dasar yang kokoh bagi Liverpool untuk mendominasi kancah domestik dan di Eropa. Debut liganya dimulai di pertandingan tandang ke Nottingham Forest pada bulan Januari 1970, dari sini semuanya dimulai untuk Clemence di gawang Liverpool.
Hebatnya, Clemence hanya melewatkan enam pertandingan liga dalam sebelas tahun ke depan. Mengambil gelar kehormatan liga berulangkali sepanjang era ini dan juga menjadi kiper Liverpool pertama yang memenangkan Piala Eropa, prestasi ini menjadi bukti kemampuannya untuk menjaga pintu gawang agar tertutup rapat di pertahanan Liverpool. Kita hanya cukup melihat musim 1978-79 di mana Clemence hanya kebobolan 16 gol saja sebagai bukti ketangguhannya.
Statistik berbicara dalam paragraf sebelumnya, tetapi tidak ada yang berani menyangkal Clemence adalah figur hebat di lini belakang untuk Liverpool. Ketika kiper lain pada waktu itu akan berpikir dua kali untuk jauh meninggalkan garis mereka, Clemence tidak akan ragu untuk keluar dari zona kenyamanan dan ikut memberikan tekanan pada striker lawan. Sebuah tren yang umum hari ini. Dia luar biasa tangkas untuk orang seukurannya. Dia bisa melompat, memutar dan mengubah refleknya dalam sekejap dan sanggup memetik bola di udara, jauh sebelum bola itu mendarat di kepala pemain lawan, dengan sangat mudah. Bahkan kadang-kadang hanya dengan satu tangan. Refleknya instan dengan konsentrasi bermain setajam silet.
Liverpool adalah kekuatan besar di Inggris dan di Eropa pada tahun 70-an, Ray Clemence bagian penting dari tim itu. Pemain dan legenda Liverpool sejati.
Pepe Reina
Ditulis oleh John Dowling
Banyak diantara kita yang masih sulit mempercayai bahwa Pepe,didatangkan hanya dengan harga 6 juta pound di musim panas 2005.
Setelah memulai karir mudanya di Barcelona, ia menghabiskan waktu pinjaman di Villarreal sebelum membuat kesepakatan permanen setelah menampilkan performa yang sangat baik di El Madrigal. Dari sana bahwa ia lalu dibawa oleh Rafa Benitez ke Anfield.
Kemampuan atletisnya, kekuatan dan reaksi saat itu sudah terlihat bagi para pengamat, ketika Rafa memulai revolusi Liverpool-nya untuk kemudian mengubah pertahanan Liverpool menjadi salah satu yang terkuat di Inggris.
Segera setelah kedatangannya – catatan kebobolan kiper Liverpool mulai membaik dengan cepat. Pada bulan Desember 2005 ia mempertahankan 6 clean sheet berturut-turut di Liga Premier – rekor baru Liverpool – dan kemudian melanjutkan untuk memperpanjang sampai 8 pertandingan.
Selama waktu ini ia juga memecahkan rekor clean sheet sepanjang masa Liverpool – 11 pertandingan tanpa kebobolan
Sebelum musim pertamanya selesai dia telah memperkuat Liverpool di 50 partai. Dalam kurun waktu itu dia memecahkan rekor klub paling sedikit kebobolan gol dalam 50 partai pertama. Catatannya sebanyak 29 partai mengalahkan saingannya – Ray Clemence dengan 32 partai. Pada akhir musim pertamanya ia dianugerahi penghargaan Sarung Tangan Emas oleh Liga Premier
Pada akhir musim 2006, di Final Piala FA, Reina menahan 3 dari 4 tendangan penalti West Ham di adu penalti. Jasanya membantu Liverpool memenangkan Piala FA musim itu.
Musim berikutnya ia membawa Liverpool ke final Liga Champions dengan dua penyelamatan yang mengesankan di dua partai semifinal melawan Chelsea. Penyelamatan spektakuler kembali diperagakan ketika ia menyelamatkan dua dari tiga tendangan penalti Chelsea di leg kedua partai semifinal. Pada akhir musim keduanya ia kembali memenangkan Sarung Tangan Emas dari Liga Premier.
2008 Pepe mendapatkan Sarung Tangan Emas-nya yang ketiga secara berturut-turut, dan ia menjadi kiper tercepat dalam sejarah Liverpool mendapatkan 50 clean sheet. Ia melakukannya dalam 92 pertandingan, tiga pertandingan lebih cepat dibandingkan saingan terdekatnya. Pada tahun 2009 ia menjadi kiper tercepat untuk mencapai 100 clean sheet – dalam partainya yang ke 197 bagi Liverpool
Ada banyak yang disukai para rekannya dari Pepe Reina. Semangat, dorongan dan keinginannya mewakili semua mentalitas klub Liverpool selama ini. Di luar lapangan dia dapat dikatakan telah menjadi bagian integral dalam membantu pemain baru menetap di Liverpool- dan merupakan salah satu figur berpengaruh di ruang ganti. Dia mungkin belum memiliki medali sebanyak para pendahulunya, tetapi kemampuan alaminya membantu transformasi Liverpool dalam segi pertahanan menjadi ebih kuat dalam tahun-tahun selama ia memperkuat klub ini.
Catatan Tambahan:
Karakter Pepe bagi tim terlihat saat Pepe didaulat menjadi pembawa acara perayaan Spanyol menjadi juara dunia. Perayaan ini dihadiri lebih dari 100.000 orang pendukung Spanyol. Dan dari reaksi rekan satu timnya, terlihat seberapa besar pengaruh Pepe di ruang ganti dan terlihat juga bahwa karakter periang dari seorang Pepe Reina, a Liverpool legend in the making.
Kutipan
dari Sigmund Freud ini dirasa sangat tepat untuk yang masih
menyangsikan kemampuan Pepe Reina dalam menjaga gawang Liverpool :
“Just as no one can be forced into belief, so no one can be forced into unbelief.”
“Just as no one can be forced into belief, so no one can be forced into unbelief.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar